Derita Rizki, Belasan Tahun Hidup di Atas Kursi Roda
(Heru Putranto/Radar Jember)
Jember – Namanya
singkat saja, Rizki. Anak 14 tahun itu terbaring di atas ranjang atau
lincak yang terbuat dari bambu, tanpa kasur. Dia hanya beralaskan tikar
dan memakai bantal awut-awutan yang sudah tak layak pakai. Rumahnya pun
sangat tak layak huni. Mirip sebuah gubuk yang hanya berdinding gedek
(anyaman bambu) yang mulai keropos di sana-sini.
Bahkan, rumah itu tanpa pintu dan
berlantai tanah. Tak ada ruang tamu, karena ruangan sekaligus jadi
tempat tidur. Untuk menahan dinginnya malam, ada sebuah kelambu dari
kain bekas. Bila hujan, air pun masuk ke dalam rumah. Saat malam, angin
begitu mudah masuk. Rumah itu sangat memprihatinkan, karena dibangun
dengan uang seadanya.
Rumah Rizki di Dusun Plalangan, Desa
Karang Kedawung, Kecamatan Mumbulsari, juga berada kawasan yang cukup
terpinggirkan. Untuk mencapainya harus melewati jalan setapak di tengah
sawah. Tak heran, derita Rizki ini luput dari perhatian berbagai
kalangan.
Saat dibawa ke rumah, dokter yang
melakukan persalinan memberikan perlengkapan, mulai makanan, susu, baju,
bahkan uang, dan kebutuhan lainnya. Nardi dan Sumani, orang tuanya,
mulai membesarkan anak bungsunya tersebut dengan penuh perjuangan.
“Awalnya sakit kejang-kejang,” aku pria berumur 55 tahun itu. Mungkin
karena tanpa perhatian dan pengobatan, sakit itu berlanjut hingga
sekarang. Sehingga hampir tiap hari Rizki hanya menghabiskan waktu di
atas kursi rodanya.
Nardi
menjelaskan, jika bangun tidur Rizki langsung diangkat oleh ibunya ke
kursi roda. ”Kursi roda ini satu-satunya. Kayaknya dia sudah tak nyaman
duduk di situ, karena kursi roda itu sering melukainya. Beberapa kali
kaki dan tangannya tergores karena kursi roda,” jelas ayahnya itu.
Sejak lahir sampai sekarang, kursi
roda itu adalah yang menjadi tempat duduknya. Alasnya sudah mulai sobek,
ban rodanya sudah mulai lepas, dan besi penyangganya pun mulai keropos.
“Kadang kalau terlalu banyak gerak, tangan dan kakinya terluka kena
besi,” kata Nardi.
Sekarang, Rizki yang sudah besar dan
tanpa pendidikan formal sama sekali, setiap hari hanya berdiam diri di
rumah bersama kedua orang tuanya. “Dari dulu sampai sekarang, kursi
rodanya cuma ini, sudah sekitar 10 tahun,” tegasnya.
Kedua orang tuanya tak bisa berbuat
banyak. Selain tidak mampu secara ekonomi, juga tidak tahu cara
mendapatkan kursi roda baru. Bahkan untuk makan sehari-hari saja, ibunya
harus terkatung-katung untuk mencari dengan cara ngasak (cari gabah
sisa panen) di sawah.
“Kursi roda ini dulu dikasih bindereh
(gus) di sini,” tuturnya. Setelah itu, Rizki seperti tak ada perhatian
lagi. Baik dari sisi pendidikan maupun kebutuhannya dasar lainnya. Dia
menyimpan dalam-dalam keinginan untuk mengganti kursi roda.
“Rizki hanya bisa bilang beberapa
kata yang agak jelas terdengar, yakni kata: Ibu, Bapak, dan Makan. Kalau
punya uang kami ingin memplester rumahnya agar nyaman memakai kursi
roda,” terangnya.
Sumber: www.radarjember.com
Tidak ada komentar