Merekam Jember dari Langit
BARU SEUMUR JAGUNG : Komunitas Aerial Drone Community (ADC)
yang baru terbentuk pada April lalu ini tidak hanya terbuka bagi pemilik
drone, tetapi juga penggemar yang ingin mendalami teknik pengendalian
pesawat tanpa awak tersebut.
(Heru Putranto/Radar Jember)
Memberikan pemandangan
kota Jember dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin inilah yang ingin
ditunjukkan para penghobi drone. Berawal dari kesamaan hobi, para pemuda
Jember ini membentuk komunitas Aerial Drone Community (ADC) untuk
sama-sama sharing ilmu fotografi dan videografi dari beragam ketinggian.
Sekelompok pemuda tampak asyik merakit baling-baling ke
helikopter mini yang ada di hadapan mereka. Bentuknya sederhana, tak
terlalu kompleks, dengan sebuah kamera mini di bagian bawah pesawat
tersebut. Kemudian, wuuus..., pesawat kecil tersebut langsung melesat ke
angkasa. Tak hanya satu. Lebih tiga pesawat dengan empat baling-baling
mini ini terbang ke penjuru yang berbeda.
Ini bukan pesawat biasa. Melainkan, drone atau pesawat mini
tanpa awak yang kini tengah digandrungi sebagian masyarakat khususnya di
Jember. Dengan kamera berukuran mini yang sanggup merekam serta
mengambil gambar dari ketinggian, saat ini drone banyak diminati untuk
aktivitas fotografi dan videografi.
UNIK NAN MENANTANG: Menerbangkan drone tentu memiliki
risiko, baik indoor maupun outdoor. Kuncinya adalah tetap tenang,
santai, dan konsentrasi.
(Heru Putranto/Radar Jember)
Rachmad
Akbar, salah satu pemilik drone menuturkan, sudah sekitar satu tahun
dirinya bergelut dengan bisnis drone. Baik berupa fotografi, videografi,
maupun jual beli perangkat. Menurutnya ada beberapa jenis drone yang
saat ini banyak beredar di kalangan masyarakat. “Ada yang drone untuk
profesional, dan ada yang toys, artinya untuk terbang biasa tanpa ada
kameranya,” ujarnya.
Rata-rata, kata Akbar, jangkauan
standar pengambilan gambar menggunakan drone sekitar satu kilometer dari
berbagai arah. Sementara untuk ketinggian, dirinya menegaskan batas
maksimal yang bisa ditembus oleh pengguna drone awam.
Dikatakan, sebenarnya tidak ada batas
ketinggian. Tetapi drone ini dikategorikan sebagai pesawat tanpa awak,
dan penggunaan tanpa kendali bisa membahayakan jalur penerbangan. “Jadi
ketinggian maksimal dibatasi hingga 150 meter,” terang pria asal
Surabaya tersebut.
Meski begitu, terkadang penggunaan
drone ditujukan untuk pemetaan wilayah. Kalau demikian maka harus ada
izin khusus untuk bisa menerbangkan perangkat tersebut hingga di atas
200 meter. “Selain itu, penggunaan drone juga dilarang di beberapa
tempat seperti bandara, instansi negara, dan militer,” lanjutnya.
Harganya pun bervariasi. Untuk jenis
yang banyak dibuat memotret dan merekam video, kata dia, paling murah
sekitar Rp 6,5 juta. “Ada juga yang harganya bisa sampai puluhan juta,”
imbuhnya. Range harga ini dipengaruhi oleh kualitas hasil gambar,
resolusi kamera, baterai, hingga daya jangkau pengambilan video dan
jarak tempuh baling-balingnya.
Sementara untuk yang kategori toys
lebih murah, sekitar Rp 500 ribuan hingga yang paling tinggi Rp 2,5
jutaan. “Kebanyakan yang pemula memilih toys dulu, jadi untuk belajar
menerbangkan dulu. Tapi ada juga yang langsung ingin mencoba mengambil
gambar dengan drone,” lanjutnya. (lin/ras)
Tidak Hanya Sekedar Terbang
Terbentuknya Aerial Drone Community
Jember memang masih belum terlalu lama. Berawal dari kesamaan hobi
menerbangkan drone, kini ada sekitar 15 orang yang tergabung di
dalamnya. Tidak hanya pemilik drone saja. Tetapi juga ada penggemar yang
ingin belajar mengenai teknik menerbangkan pesawat tanpa awak tersebut.
Akbar tidak membatasi siapapun yang
ingin bergabung. “Sekarang saja anggotanya berasal dari berbagai
kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan,” ungkapnya.
Dalam komunitas yang baru diresmikan
akhir April lalu ini, para anggota bisa saling sharing mengenai
informasi tentang drone dan aktivitas di sekitar penggunaan alat
tersebut. Baik kesulitan yang dihadapi, tips dan trik menerbangkan
drone, hingga kesempatan bisnis dengan drone.
“Ada banyak yang bisa digarap lewat
videografi dan fotografi drone,” lanjutnya. Misalnya company profile,
wedding occasion, konser, hingga even-even lainnya. Ini menjadi prospek
bisnis yang cukup terbuka lebar.
Pengambilan gambar menggunakan drone
juga bisa dilakukan baik indoor maupun outdoor. “Masing-masing ada
risikonya, tapi risiko indoor lebih besar,” kata Akbar yang saat itu
ditemani oleh sebagian anggota yang hadir.
Menerbangkan drone outdoor, kata dia,
relatif lebih aman. Asalkan operator santai dan fokus, maka risiko yang
muncul bisa diminimalisasi. “Menerbangkan drone harus santai, tenang,
jangan gugup,” sarannya.
Namun berbeda halnya dengan
penerbangan indoor. Risikonya lebih besar, sebab jarak terbangnya
terbatas. Belum lagi risiko lain seperti melukai orang-orang di bawah.
“Yang jelas harus lebih stabil, karena jarak terbangnya tidak seluas
outdoor, jadi harus lebih fokus dan mengutamakan safety,” pungkasnya.
(jr/lin/har/JPR)
Sumber: www.radarjember.com
Tidak ada komentar