Belajar Aksara di Museum Huruf
JEMBER – Susunan kata di museum huruf tak mudah dimengerti oleh orang lain.
Namun, setelah penjaga menerangkan, ternyata itulah awal dari sejarah
aksara yang ada di dunia. Tak hanya sejarahnya, tetapi juga bentuk
tulisan dalam peradaban manusia.
Tak heran, tempat yang berada di Jalan Bengawan Solo Sumbersari tersebut menjadi magnet para pelajar Rabu Malam (30/8).
Mereka datang untuk melihat peresmian Museum Huruf pertama di Jember
ini. Tempatnya tidak terlalu luas, namun isinya begitu bermakna.
Museum itu merupakan hasil swadaya para pemuda Jember yang berada
dalam naungan Yayasan Institut Museum dan Cagar Budaya Nusantara.
Benda-benda antik bertuliskan huruf kuno dipajang dengan rapi. Mulai tulisan China, India, dan Jawa.
Minat pelajar untuk belajar tentang aksara cukup tinggi. Baru pertama
kali buka, sudah dipadati oleh para pengunjung untuk melihat koleksi
benda-benda aksara.
“Museum ini kami buka untuk menjadi media pembelajaran,” kata Ade Permana, pendiri museum.
Ade menginginkan agar warga Indonesia menjadi warga negara yang
memahami sejarah. “Kami bebas politik, namun tetap menjadi seutuhnya
Indonesia,” ucapnya.
Museum tersebut menampilkan peradaban aksara di dunia sampai
sekarang. Sejarah huruf yang cukup beragam dan bentuk serta modelnya
bertahan sampai sekarang. Semua itu bisa dipelajari di museum huruf.
Selain itu, pengunjung juga bisa melihat kebudayaan, tradisi dan
kebiasaan di balik aksara yang berlaku di dunia. Pengetahuan tentang
sejarah dunia terdapat di dalamnya. “Sejarah adalah cerminan bagi kita,
sejarah adalah modal untuk melangkah ke depan,” paparnya.
Disamping itu, museum tersebut juga menjadi wadah bagi pelajar untuk
berdiskusi. Sehingga bisa diisi dengan kegiatan apa pun yang positif.
“Selain menampilkan koleksi, juga menyediakan wadah belajar, senang
sekali jika manfaat museum ini bisa dirasakan bersama,” tuturnya.
Museum itu hanyalah permulaan agar para pemuda lebih kreatif dan
produktif. Untuk itu, Ade mempersilakan mahasiswa menjadi relawan untuk
mengajar atau mengisi diskusi.
Sebab museum juga memiliki program pelatihan penulisan aksara. “Misal
ada yang pandai aksara Jawa, bisa menularkannya pada pelajar lain,”
ucapnya.
Selain itu, diskusi berbagai tema dalam berbagai bentuk seminar,
sarasehan dan diskusi terbuka diselenggarakan di tempat itu. “Museum ini
dengan konsep museum modern dan profesional,” akunya. Namun terbuka
dan menonjolkan prinsip partisipatif.
Selain itu, kearifan lokal dan entrepreneurship berbasis industri kreatif juga menjadi gagasan lain pendirian museum huruf ini.
Kemudian menjadi destinasi wisata edukasi dan kebanggaan seluruh masyarakat Jember.
Peresmian itu juga dihadiri oleh berbagai pegiat museum. Salah satunya adalah Desak N. Siksya, pendiri Museum Tembakau Jember.
Dia mengapresiasi kreativitas anak muda tersebut. Sehingga destinasi
wisata museum bertambah. “Wisatawan yang berkunjung ke Jember, bisa ke
Museum Tembakau, lalu Museum Huruf,” pungkasnya.
(jr/gus/hdi/das/JPR)
Sumber: www.radarjember.com
Tidak ada komentar