Kesedihan Mendalam Keluarga Korban di Jember, Pasca Kecelakaan Maut di Jembrana Bali
JEMBER,(portalindonesia) - Dengan menahan derai air
mata dan dengan tatapan penuh kesedihan, para keluarga korban kecelakaan
lalu lintas (laka lantas) antara Isuzu ELF ( travel ) dengan Truk
Tronton di jalan umum Negara Gilimanuk Desa Klatakan Kecamatan Melaya
Kabupaten Jembrana – Provinsi Bali, mendatangi kantor Kepala Desa Kemiri
Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
Para keluarga korban tersebut datang ke kantor Kepala Desa Kemiri,
untuk mendapatkan santunan laka lantas dari Jasa Raharja Jawa Timur.
“Sebelumnya tidak ada firasat apa-apa, tetapi saya itu entah
bagaimana, hanya bilang sama bapak. Bapak kok pergi lagi ? mending bapak
gak usah berangkat dulu,” ucap Dina Ayu Hartiningsih (21) putri dari
Ahmad Haris kernet Isuzu ELF dengan mata berkaca-kaca menahan tangis
kesedihan, Minggu siang (18/6).
Dina menyampaikan, sesaat sebelum terjadinya kecelakaan tersebut,
ayahanda sempat melakukan kontak telepon terakhir kalinya, yang
menyampaikan kepada Dina bahwa sudah sampai di jalan umum Negara
Gilimanuk dan akan sampai di Gilimanuk untuk menyebrang.
“Bapak sempat telepon sebelumnya, jam setengah delapan malam (WIB),
bilangnya ada di Negara. ‘Mau sampai Gilimanuk mau menyebrang’,” ucapnya
menirukan kalimat terakhir sang ayahanda.
Setelah itu, lanjut Dina, kontak telepon sempat terputus, namun
dirinya berkeyakinan bahwa sang ayahanda sudah sampai di penyebrangan
untuk sampai di wilayah Gilimanuk dan bersiap untuk menyeberang di selat
Bali.
“Mungkin setelah ngobrol itu (sebelum sambungan telepon terputus),
berpesan bahwa untuk sering-sering ke makamnya mama (yang sudah
meninggal tiga tahun lalu), karena saya jarang sekali ke makam mama
saya,” ucapnya.
“Kemudian bapak menyampaikan lagi, mungkin nanti bapak sampai dirumah
jam dua malam. Tetapi saat itu saya tidak ada firasat apa-apa, dan
tidak menganggap hal itu adalah pamitan,” ucapnya menambahkan.
Dengan meninggalnya ayahhanda dari Dina tersebut, Dina menuturkan,
dirinya kini menjadi anak yatim piatu. Sebab terhitung sudah tiga tahun
yang lalu, sang ibundapun telah meninggal terlebih dahulu akibat sakit
yang diderita.
“Ibu saya Sukarsih sudah meninggal tiga tahun lalu karena sakit,
sekarang dengan meninggalnya bapak, saya sekarang menjadi yatim piatu,
dan sekarang tinggal hidup berdua bersama dengan adik saya Dwi Karunia
Putri (15), yang tahun ajaran baru ini mau masuk SMA,” ungkapnya dengan
meneteskan air mata menahan kesedihan dalam, karena diusia mudah harus
menjadi yatim piatu.
Sementara itu, keluarga korban yang lain Ahmad Sucipto yang merupakan
anak pertama dari Suwari (45) yang menjadi korban meninggal dalam
kejadian laka lantas tersebut menuturkan, bapaknya Suwari sudah sering
kali bekerja di luar kota sebagai kuli bangunan, bahkan setiap 4 bulan
sekali sang bapak harus bekerja keluar kota meninggalkan anak-anaknya
untuk mencari nafkah.
“Bapak itu kerjanya sering bolak-balik Jawa-Bali. Bekerja sebagai
tukang bangunan.sudah dijalani saat masih bujang dulu. Putranya ada
tiga, dan saya sendiri adalah anak pertamanya,” ujar Ahmad menceritakan.
Ahmad menyampaikan, sebelum terjadinya kecelakaan tersebut, sang
bapak masih sempat menghubungi anak-anaknya sehari sebelumnya. “Bapak
pada Jumat malam kemarin, sempat telepon, dan pulangnya bapak itu memang
sering bersama-sama rombongan dari satu desa ini, karena memang
semuanya satu rombongan dengan pekerjaan yang sama di proyek, dan
tetanggaan semua,” ungkapnya.
Saat terakhir komunikasi dengan sang adik, Ahmad mengatakan, tidak
ada firasat apapun. Tetapi sang bapak berpesan agar dirinya menjaga
adik-adiknya dan tidak bertengkar satu sama lain. “Terakhir yang
disampaikan itu, nek karo adik’e ojo sampek tukaran, sesok bapakke
muleh. Jalok opo lek aku muleh (Dengan adik-adik jangan bertengkar,
besok bapak pulang, mau minta apa saat bapak pulang ?),” ucapnya
menirukan kalimat terakhir sang bapak.
Saat itu, kata Ahmad, adiknya yang kedua, Fitri Nur Hidayah meminta
oleh-oleh buah Klengkeng dari Bali. “Saat itu bicaranya dengan adik
saya, tetapi saat telepon itu, kita semua berkumpul, ada saya, ibu, dan
adik-adik. Bapak kerja di Bali terakhir ini sudah 3 bulan, tetapi sering
bolak-balik,” ungkapnya.
Disampaikan oleh Ahmad, bapaknya meninggalkan satu orang istri dan
tiga orang anak. “Ibu namanya Sufiani, saya anak pertama, anak kedua
adik saya Fitri itu, dan yang ketiga adk saya paling kecil Muhammad Arif
Maulana umur 6 tahun. Tahun depan rencananya mau masuk SD,” ucapnya
dengan menahan tetes air mata.
Sementara itu, terhadap keluarga yang ditinggalkan, pihak Jasa
Raharja Jawa Timur yang diwakili oleh Kabag Klaim Jasa Raharja Jawa
Timur Yudi Prastowo mengatakan, santunan yang disampaikan pada para
keluarga korban setiap orangnya adalah Rp 50 juta.
“Nilai nominal santunan sebesar Rp 50 juta setiap ahli waris
tersebut, sesuai dengan Ketentuan dari Menteri Keuangan Nomor 16 Tahun
2017 yang berlaku pada 1 Juni 2017 kemarin. bahwa korban (kecelakaan
laka lantas) meninggal dunia, ahli warisnya mendapat santunan Rp 50
juta. Jadi totalnya, ada 8 korban meninggal dunia, jadi totalnya
santunan yang diberikan Rp 400 juta,” ujar Yudi kepada sejumlah
wartawan.
Sementara untuk korban luka-luka yang saat ini sedang dalam perawatan
di rumah sakit Jembrana-Bali, lanjut Yudi, semua dalam tanggungan dari
Jasa Raharja. “Dengan biaya (perawatan), masing-masing maksimal Rp 20
Juta, dan apabila ada tambahan biaya, ditanggung oleh pihak keluarga.
Namun ini artinya, para keluarga korban tidak perlu khawatir, semua
biaya ditanggung oleh Jasa Raharja,” ucapnya.
Lebih jauh Yudi menjelaskan, mulai dari Bulan Januari sampai Mei
2017, Jasa Raharja Jawa Timur sudah membayarkan santunan sebesar Rp 117
miliar lebih. “Jadi (selama tahun 2017 sampai pada bulan Mei ini),
jumlah santunan yang dibayarkan sudah Rp 117.707.191.167, dibandingkan
tahun lalu meningkat, dimana santunan yang dikeluarkan Rp
110.727.396.252, ada kenaikan sekitar 6,3 persen,” ungkapnya.
Menanggapi musibah kecelakaan tersebut, Wakil Bupati Jember Muqit
Arif mengaku prihatin dengan terjadinya musibah kecelakaan tersebut, dan
pihaknya turut berbela sungkawa atas musibah yang terjadi tersebut.
“Saya mewakili Bupati Jember, turut berbela sungkawa atas musibah
yang dialami oleh saudara-saudara kita, yang pada Sabtu malam kemarin
mengalami kecelakaan di Jembrana Bali,” ucapnya.
Muqit meminta, kepada keluarga korban untuk mengikhlaskan musibah
tersebut, dan berharap agar keluarga yang ditinggalkan dapat tetap tegar
menghadapi dan menjalani hidup selanjutnya.
“Kepada para keluarga yang ditinggalkan saya berharap dapat ikhlas,
dan bersabar. Sebab takdir tidak dapat dihindari, dan tidak satupun
orangyang mengharapkan musibah,” tuturnya.
Tidak ada komentar