Kubur Impian Baju Lebaran dari Bapak
Tak tampak raut sedih di wajah Muhammad
Barok, putra ketiga Tohari, salah seorang korban kecelakaan di
Gilimanuk. Anak usia 14 bulan tersebut masih tersenyum kepada setiap
pelayat yang datang. Sesekali balita tersebut memegang foto dan KTP
bapaknya.
Memang, dia tidak mengerti bahwa bapaknya telah pergi
selama-lamanya. Tetapi, berbeda dengan Fadhilah dan Muhammad Mukhsin,
kedua anak Tohari yang lain.
Keduanya tahu bahwa bapaknya telah meninggal dunia dalam perjalanan mudik dari Bali ke Jember. Saat Jawa Pos Radar Jember
berkunjung ke rumah Tohari, Fadhilah dan Mukhsin sempat ikut menemui.
Sepasang mata mereka memerah. Tetapi, keduanya masih bisa menyembunyikan
kesedihannya.
Fadhilah baru saja naik ke kelas 6 SD. Sedangkan Mukhsin baru
saja lulus dari Madrasah Tsanawiyah. Kemarin sejatinya menjadi hari yang
membahagiakan bagi keduanya.
Sebab, sang Bapak sudah berjanji akan membawakan baju baru untuk
Lebaran. Sekarang Fadhilah dan Mukhsin harus mengubur impiannya itu.
“Dia sudah membawa baju Lebaran dan mobil-mobilan untuk anaknya,” kata
Suliha, istri Tohari, sembari terisak.
Kepergian Tohari membuat Suliha terpukul. Sebab, suaminya itu
baru kali pertama bekerja sebagai kuli bangunan di Bali. Tetapi, kini
belahan jiwanya itu pulang tinggal namaTohari
merupakan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung bagi
keluarganya. Bila tidak bekerja sebagai kuli bangunan, Tohari biasanya
mencari rumput untuk sapinya. “Kalau tidak ke Bali, biasanya ke
Kalimantan, namun pekerjaan di Kalimantan sudah tidak ada,” ungkapnya.
Ketika bekerja di Kalimantan, kata Suliha, biasanya suaminya pulang ke Jember setiap empat bulan sekali. Saat pergi bekerja ke Bali, Tohari tidak memiliki alat komunikasi. Demikian pula dengan keluarga yang ditinggalkan.
Saat ingin menelepon, dia biasanya meminjam HP milik teman dan tetangganya. “Terakhir kali menelepon sekitar setengah bulan yang lalu,” aku Suliha.
Saat itu Tohari selalu menanyakan kabar anak dan keluarganya. Sebab, putra ketiganya selalu sakit. Setiap kali menelepon, yang ditanyakan adalah kabar keluarga dan saudara-saudaranya. Pembicaraan di telepon tidak terlalu lama. “Dia orangnya pendiam, tidak banyak bicara,” tambah Seno, mertua Tohari.
Di keluarganya, Tohari dikenal sebagai sosok yang giat bekerja. Merantau ke luar Jawa pun dilakoni demi membahagiakan keluarganya. Sayangnya, kabar mendadak yang dibawa Pak Kampung itu membuat Suliha dan anak-anaknya terpukul. Tohari menjadi korban meninggal dalam kecelakaan di Gilimanuk itu bersama sejumlah orang yang masih terbilang tetangganya itu.
Kini, Seno tidak tahu bagaimana nasib ketiga cucunya setelah ditinggal sang bapak. Seno belum tahu bagaimana kelanjutan pendidikan ketiga cucunya itu. “Tidak tahu lagi habis ini seperti apa. Mau lanjut sekolah atau tidak,” ujar Seno, pasrah. (gus/lin/c1/har/jawapos.com)
Sumber:http://radarjember.jawapos.com/read/2017/06/19/2789/kubur-impian-baju-lebaran-dari-bapak/2
Ketika bekerja di Kalimantan, kata Suliha, biasanya suaminya pulang ke Jember setiap empat bulan sekali. Saat pergi bekerja ke Bali, Tohari tidak memiliki alat komunikasi. Demikian pula dengan keluarga yang ditinggalkan.
Saat ingin menelepon, dia biasanya meminjam HP milik teman dan tetangganya. “Terakhir kali menelepon sekitar setengah bulan yang lalu,” aku Suliha.
Saat itu Tohari selalu menanyakan kabar anak dan keluarganya. Sebab, putra ketiganya selalu sakit. Setiap kali menelepon, yang ditanyakan adalah kabar keluarga dan saudara-saudaranya. Pembicaraan di telepon tidak terlalu lama. “Dia orangnya pendiam, tidak banyak bicara,” tambah Seno, mertua Tohari.
Di keluarganya, Tohari dikenal sebagai sosok yang giat bekerja. Merantau ke luar Jawa pun dilakoni demi membahagiakan keluarganya. Sayangnya, kabar mendadak yang dibawa Pak Kampung itu membuat Suliha dan anak-anaknya terpukul. Tohari menjadi korban meninggal dalam kecelakaan di Gilimanuk itu bersama sejumlah orang yang masih terbilang tetangganya itu.
Kini, Seno tidak tahu bagaimana nasib ketiga cucunya setelah ditinggal sang bapak. Seno belum tahu bagaimana kelanjutan pendidikan ketiga cucunya itu. “Tidak tahu lagi habis ini seperti apa. Mau lanjut sekolah atau tidak,” ujar Seno, pasrah. (gus/lin/c1/har/jawapos.com)
Sumber:http://radarjember.jawapos.com/read/2017/06/19/2789/kubur-impian-baju-lebaran-dari-bapak/2
Tidak ada komentar