Kebakaran Hutan di Gunung Manggar Diduga Ulah Pemburu
WULUHAN - Kebakaran hutan seluas enam hektare di Gunung Manggar kecamatan Wuluhan dan Ambulu menimbulkan banyak spekulasi.
Dari hasil penyelidikan di lapangan, kasus tersebut banyak disebut akibat ulah para pemburu babi hutan.
Sekadar informasi, bahwa di gunung sempat menimbulkan kontroversi
akibat penambangan liar (emas) itu masih banyak babi hutan dan kijang.
Nah, upaya memburu hewan liar inilah -dengan membakar daun-daun kering- ditengarai jadi pemicu sumber api.
AKBP Kusworo Wibowo, Kapolres Jember yang turun langsung ke lokasi
kemarin juga menduga, ada kemungkinan kebakaran karena perburuan liar
ini.
”Kebakaran itu terjadi karena faktor alam dan perburuan hewan,”
jelasnya. Kalau untuk pembukaan lahan baru, menurut Kapolres, sepertinya
tidak mungkin.
Nah, jika dugaan perburuan hewan itu benar, maka ada indikasi kuat lahan itu sengaja dibakar.
“Menurut warga sekitar dan juga informasi petugas, lokasi ini banyak
kijangnya dan (memang) sering diburu masyarakat,” ujarnya. Untuk
memancing binatang buruan agar masuk ke zona buruan, maka digunakan
media api agar hewan takut.
Meski begitu, Kusworo mengaku tidak menampik faktor alam juga dapat
memicu mudahnya kebakaran itu. Apalagi saat meninjau lokasi, banyak
sekali ditemukan daun jati yang sudah kering menumpuk di tanah.
“Daun jati yang sudah mengering itu bisa sampai 4 – 5 lapis,” katanya
Dengan kondisi yang seperti itu, faktor alam seperti angin misalnya,
juga bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran. “Namun untuk lebih
jelasnya, kita lakukan penyelidikan dulu,” lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, pada Ahad (3/9) malam, Gunung Manggar yang
berada di dua kecamatan (Wuluhan dan Ambulu) mengalami kebakaran hebat.
Sedikitnya enam hektare lahan ludes. Untungnya, dengan alat seadanya
api bisa dipadamkan oleh warga dan petugas yang datang ke lokasi.
Lokasi Kebakaran ada di tiga titik dalam satu petak. Yakni Petak 23 F
(wilayah Wuluhan), kemudian petak 23 L yang juga masuk wilayah Wuluhan,
serta petak 23 M di wilayah Ambulu.
Petak 23 itu sendiri, memiliki luas sekitar 49,5 hektare. Namun yang terbakar hanya sekitar enam hektare saja.
Sampai kemarin sore, kerugian total belum dirinci. Tapi yang jelas,
kebakaran di lokasi yang marak penambang emas liar itu hampir terjadi
tiga atau empat bulan sekali.
Kabar tersebut langsung membuat aparat bergerak. Bahkan, Kapolres
Jember AKBP Kusworo Wibowo ikut turun mendatangi langsung lokasi bersama
Perhutani, TNI, dan polsek setempat.
“Medannya sangat sulit. Untuk menuju lokasi, harus jalan kaki
sekitar 1,5 jam. Tidak bisa dilalui kendaraan apa pun,” jelas AKBP
Kusworo Wibowo, kemarin.
Guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya
bersinergi dengan TNI dan Perhutani, untuk melakukan patroli sesering
mungkin, khususnya pada jam-jam rawan.
“Selain itu, kita lakukan juga upaya preventif dengan memasang banner pelarangan berburu dan membakar hutan,” tegas Kusworo.
Sementara Karuniawan Purwanto Sanjaya, administratur Perhutani KPH
Jember menegaskan, kebakaran itu tidak satu pun sampai membakar pohon
jati di lahan tersebut.
“Jadi yang terbakar hanya permukaan tanah saja. Kalau kayunya nihil
(tidak ada yang terbakar). Karena kayu jati itu sudah berumur 17 tahun
dan cukup kuat,” tegasnya.
Guna mengurangi potensi kebakaran, pihaknya akan melakukan pembakaran secara lokal.
“Kita akan buat kotak-kotak ukuran 10 x 10 meter, kemudian kita bakar (daun dan ranting kering di tanah),” jelas Karuniawan.
Senada dengan Kapolres, Karuniawan menduga kuat bahwa kebakaran itu terjadi karena indikasi perburuan hewan.
“Biasanya, pemburu itu membakar daun supaya hewan seperti kijang atau
babi hutan, masuk (perangkap). Kadang juga oleh pemburu dipakai untuk
penerangan,” jelas Karuniawan.
Terkait pelaku perburuan, Karuniawan menduga pelakunya adalah orang dari luar sekitar hutan Gunung Manggar.
“Karena untuk masyarakat sekitar hutan, kesadarannya cukup tinggi
menjaga hutan ini. Buktinya, semalam pas ada kebakaran, mereka kompak
datang ke lokasi untuk ikut memadamkan api,” tegasnya.
Ke depan, pihaknya akan melakukan operasi secara tertutup dengan melibatkan masyarakat, tokoh masyarakat, polisi dan TNI.
“Kasus ini kita atensi betul supaya cepat tertangani. Kita juga akan
tingkatkan sinergi dengan semua pihak, agar persoalan seperti ini tidak
terjadi lagi,” pungkas Karuniawan.
(jr/jum/was/hdi/das/JPR)
Sumber: www.radarjember.com
Tidak ada komentar