DINKES TELITI SEBAB LAIN
MESKIPUN jelas banyak santri
tumbang karena imunisasi difteri, namun dinas kesehatan masih akan
melakukan pemeriksaan lanjutan. Termasuk, menguji sampel dari para
santri yang juga mengalami muntah. Apalagi, dari 75 orang yang dirawat,
ada 16 santri yang ternyata belum mendapatkan imunisasi difteri ini.
Hal itu disampaikan oleh Siti Nurul Qomariyah, Kepala Dinas Kesehatan
kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin. ”Kami harus observasi menyeluruh
terkait dengan kasus ini yang terjadi di Ponpes Madinatul Ulum ini.
Kami turunkan tim kesehatan untuk melihat apakah ini karena ikutan
imunisasi,” jelas Nurul.
Pihaknya juga mengambil sampel untuk diteliti. Sampel yang diambil
adalah hasil muntahan dari para pasien tersebut. Pihaknya masih
melakukan kajian apakah memang ini murni karena imunisasi dalam program
Outbreak Respons Imunization (ORI) Diftery yang dilakukan dinkes.
“Karena dari laporannya, ada 16 orang yang juga panas tinggi dan mual
tetapi belum mendapatkan imunisasi,” jelasnya.
Sehingga, dengan penelitian ini, maka akan diketahui pasti penyebab
sakitnya puluhan siswa ini. Dirinya menjelaskan, imunisasi memang
biasanya ada reaksi dari pertahanan tubuh menjadi sumer alias panas
untuk sejumlah anak yang memang tidak kuat daya tahan tubuhnya. “Tetapi,
ini ada gejala lain, yakni pusing, mual, dan muntah. Ini yang kami
masih teliti,” ucap Nurul.
Muntahan para korban juga akan dicek karena khawatir ada pola makan
yang salah di pondok tersebut. Apalagi, imunisasi selalu diberikan pada
anak yang sehat. “Jika ada gejala sakit, kita tunda tidak diberikan
imunisasi,” jelasnya. Imunisasi memang dilakukan pagi hari, baru ada
reaksi sore dan malamnya.
Jika anak yang diimunisasi kondisi daya tahannya sedang menurun,
sebenarnya cukup diberikan obat penurun panas (paracetamol) pada pasien.
”Mungkin obatnya tidak diminum, sehingga menimbulkan reaksi panas
tinggi terhadap para santri tersebut. Kan cuma disuntik sebentar,”
tuturnya. Tetapi dari hasil pengakuan santri, mereka tidak mendapatkan
obat paracetamol ini
Untuk yang mengalami dehidrasi, diberikan infus penambah cairan.
“Seharusnya minum dua liter air. Kemungkinan di pondok tidak sampai
segitu minumnya,” jelasnya.
Ke depan, pihaknya akan terus melaksanakan program ini hingga tuntas.
Apalagi, pihaknya sempat mengkhawatirkan penolakan dari sejumlah pihak
atas imunisasi ke anak usia 1-19 tahun ternyata tidak terjadi. “Akan
kita lanjutkan hingga 19 Maret 2018 mendatang,” jelasnya.
Untuk Jember targetnya diberikan kepada sasaran 680.545 anak di
seluruh Kabupaten Jember. “Sekarang baru kecil capaiannya, karena baru
mulai 22 Februari ini. Sekitar 6 persen,” jelasnya. Meskipun demikian,
pihaknya optimis ini bisa tuntas dan optimal karena banyak dukungan dari
banyak pihak. (
(jr/ram/hdi/das/JPR)
Sumber: https://www.jawapos.com/radarjember/read/2018/03/02/53634/dinkes-teliti-penyebab-lain
Tidak ada komentar